BeritaDaerahPendidikan

Ironi “Guru Hebat, Indonesia Kuat”: Pahlawan Perbatasan Digaji Rp300 Ribu per Triwulan, Akses PPPK Tertutup

0
×

Ironi “Guru Hebat, Indonesia Kuat”: Pahlawan Perbatasan Digaji Rp300 Ribu per Triwulan, Akses PPPK Tertutup

Sebarkan artikel ini

BELU,Faktantt.com – Slogan “Guru Hebat, Indonesia Kuat” yang diusung dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025 diwarnai ironi pahit bagi para pendidik di wilayah perbatasan. Di tengah pengabdiannya mencerdaskan anak bangsa, guru swasta di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), masih harus bertahan dengan gaji yang sangat minim, bahkan memiliki akses terbatas untuk menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

​Kesejahteraan Minim, Gaji Rp300 Ribu per Tiga Bulan

​Kondisi miris ini dialami oleh Yustus Nai Kau, S.Pd, Gr, dan rekan-rekan guru swasta lainnya di SMP Swasta Karya Mandiri, Belu. Yustus mengungkapkan bahwa gaji yang ia terima sebagai guru swasta hanya sebesar Rp300.000 per triwulan (tiga bulan), jauh dari kata layak.

Baca Juga:  Tambak Garam Oepuah: Kasus Mandek di Polres Belu, Investor Ancam Bawa ke Polda Metro Jaya

​”Jumlah tersebut memang masih sangat jauh dari kata cukup, namun tidak pernah memadamkan semangat kami untuk terus mengajar,” ujar Yustus pada Selasa (25/11), bertepatan dengan Hari Guru Nasional.

​Meski demikian, Yustus bersyukur telah menerima insentif dari pemerintah pusat sebesar sekitar Rp2 juta lebih yang cair satu kali untuk tujuh bulan, serta adanya penambahan dari Yayasan. Ia berharap ada regulasi yang memastikan pendapatan guru swasta lebih layak dan diterima secara berkala.

​Harapan pada PPPK yang Terhalang Regulasi

​Yustus dan delapan guru swasta di sekolahnya yang baru saja lolos Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun ini melihat sertifikasi tersebut sebagai “angin segar” untuk peningkatan kompetensi dan peluang karier.
​”Ini menjadi angin segar bagi kami. Semoga ke depan kami juga bisa diangkat menjadi PPPK. Itu harapan terbesar kami sebagai guru swasta,” harap Yustus.

Baca Juga:  Kematian Kepala BPBD Belu: Keluarga Curiga, Minta Otopsi Ungkap Fakta

​Harapan serupa disampaikan Maria Anna Seran, SE. Gr., Guru mata pelajaran IPS Terpadu, yang juga baru lulus PPG. Mereka berharap Pemerintah mengizinkan guru swasta untuk mengikuti tes PPPK.
​Sayangnya, peluang tersebut kini tertutup. Pemerintah diketahui memfokuskan rekrutmen PPPK 2024 untuk menyelesaikan guru non-ASN di sekolah negeri (guru honorer). Guru swasta tidak dapat mendaftar karena tidak termasuk dalam kriteria pelamar prioritas maupun kategori pelamar umum pada tahun 2024.

​Mengajar Adalah Panggilan Jiwa

​Yustus telah mengabdikan diri sejak tahun 2017, mulanya berstatus tenaga sukarela tanpa pendapatan tetap sebagai salah satu perintis SMP Swasta Karya Mandiri. Meskipun baru satu kali mengikuti seleksi CPNS yang belum membuahkan hasil, ia tidak kehilangan harapan untuk mendapatkan kesempatan karier yang lebih baik.

Baca Juga:  Diduga Depresi,Pria 51 tahun asal Belu Nekat Gorok Leher sendiri

​”Bagi kami, mengajar bukan semata pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Anak-anak di perbatasan membutuhkan pendidik yang setia mendampingi mereka menuju masa depan yang lebih cerah,” tutup Yustus.

​Melalui momentum Hari Guru Nasional ini, para pendidik di perbatasan berharap Pemerintah dapat menyelaraskan slogan dengan aksi nyata, yaitu memperkuat kesejahteraan guru swasta demi terwujudnya proses pendidikan yang optimal dan Indonesia yang kuat.***

Editor: Haman Hendrikus 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *