U-15 kabupaten Malaka Raih juara 2 piala presiden.
Surabaya,faktantt.com – Tangis haru dan sorak gembira pecah di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, Kamis (2/10). Meski harus puas dengan posisi runner-up setelah kalah tipis 0-1 di partai final Piala Menpora U-15 2025, skuad muda PS Malaka tetap pulang dengan kepala tegak. Trofi juara 2 yang mereka bawa pulang bukan sekadar piala, melainkan bukti nyata bahwa anak-anak perbatasan mampu bersaing di panggung nasional.
PS Malaka U-15 datang dari sebuah kabupaten kecil di perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Timor Leste. Malaka mungkin belum setenar kota-kota besar dalam dunia sepak bola, tetapi tekad anak-anak mudanya tak kalah kuat. Berangkat dengan dukungan sederhana, mereka menatap turnamen nasional dengan mimpi besar: mengharumkan nama daerah dan membuktikan kemampuan di lapangan hijau.
Sejak awal, perjalanan mereka penuh tantangan. Namun, semangat juang tak pernah padam. Mereka melewati babak penyisihan dengan gigih, menahan imbang tim kuat SSB Tunas Palapa Ternate 0-0, lalu melangkah ke babak gugur dengan penuh keyakinan.
Puncak semangat juang mereka terlihat di semifinal ketika PS Malaka menghadapi SSB Tamiang United FC dari Aceh. Dengan permainan disiplin dan serangan tajam, skuad muda ini menghajar lawannya dengan skor telak 3-0. Kemenangan itu menjadi bukti bahwa semangat juang bisa menumbangkan rasa minder menghadapi tim-tim besar dari provinsi lain.
Tak hanya itu, sebelumnya mereka juga sukses menyingkirkan SSB Siraim FC dari Lampung dengan skor tipis 1-0 dalam laga penuh tensi. Setiap gol, setiap serangan, hingga setiap tekel yang mereka lakukan menjadi saksi bagaimana anak-anak Malaka bermain bukan sekadar untuk menang, tetapi juga untuk harga diri daerah mereka.
Laga final melawan tim kuat di Surabaya menjadi pengalaman berharga. Meski bertahan dengan gigih dan beberapa kali hampir mencetak gol, PS Malaka akhirnya harus menyerah 0-1 lewat gol di babak perpanjangan waktu. Kekalahan itu memang menyakitkan, tetapi mereka meninggalkan lapangan dengan pelukan, senyum, dan air mata haru.
Bagi mereka, berada di final nasional saja sudah merupakan sejarah. Tidak banyak tim dari daerah kecil bisa menembus babak puncak turnamen sekelas Piala Menpora. Karena itu, meski hanya runner-up, bagi masyarakat Malaka dan seluruh NTT, mereka adalah juara sejati.
Di balik semangat anak-anak Malaka, ada doa dan harapan orang tua serta masyarakat kampung halaman. Banyak keluarga yang dengan sederhana melepas anak-anak mereka berangkat jauh ke Surabaya, berharap mereka bisa membawa kebanggaan. Tak sedikit yang meneteskan air mata saat menyaksikan pertandingan melalui siaran daring.
Ketika kabar kemenangan demi kemenangan datang, Malaka bergetar. Anak-anak muda ini telah memberikan hadiah indah: keyakinan bahwa meski berada di wilayah perbatasan, mereka bisa bersuara di panggung nasional.
Trofi juara 2 bukan hanya soal prestasi olahraga, tetapi juga pesan moral bagi generasi muda Malaka. Sepak bola telah mengajarkan mereka arti disiplin, kerja keras, solidaritas, dan mimpi besar. Mereka membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berprestasi, asal ada semangat dan keyakinan.
Pelatih PS Malaka U-15 mengungkapkan rasa bangganya.
“Anak-anak sudah memberikan yang terbaik. Mereka bermain dengan hati, dengan semangat membela Malaka. Bagi kami, piala ini hanyalah simbol. Yang lebih penting adalah semangat juang mereka yang tidak pernah padam,” ujarnya.
Kini, skuad muda PS Malaka U-15 kembali ke tanah perbatasan dengan membawa trofi juara 2. Namun lebih dari itu, mereka membawa cerita inspiratif tentang perjuangan, mimpi, dan kebanggaan. Mereka telah menuliskan sejarah baru: Malaka ada di peta sepak bola nasional.
Bagi masyarakat Malaka, anak-anak muda ini adalah bukti bahwa harapan tidak pernah padam. Meski kalah di final, semangat mereka adalah kemenangan sejati.***
Editor : Haman Hendrikus

Laporkan
Redaksi










