BeritaDaerahNasionalNTTPolitikTeknologi

Di Balik Gemerlap Pesta Kemerdekaan: Kisah Pilu Kampung Fatuk Mutin yang Terlupakan

58
×

Di Balik Gemerlap Pesta Kemerdekaan: Kisah Pilu Kampung Fatuk Mutin yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini

dibalik gegap gempita perayaan HUT RI ke-80 tersimpan sebuah ironi yang memilukan di kampung fatuk mutin.

Atambua, faktantt. Com – Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, tengah bersolek menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia. Bendera merah putih berkibar gagah, umbul-umbul menghiasi jalanan, dan semangat nasionalisme membara di dada setiap warga. Namun, di balik gegap gempita perayaan itu, tersimpan sebuah ironi yang memilukan.

Di pelosok kampung Fatuk Mutin, yang terletak di RT 04/RW 01, Dusun Lelowai, Desa Derok Faturene, Kecamatan Tasifeto Barat, kehidupan 16 kepala keluarga masih terbelenggu dalam kegelapan. Mereka hidup tanpa sentuhan listrik, sebuah fasilitas yang seharusnya menjadi hak setiap warga negara di era modern ini.

Baca Juga:  Tour de EnTeTe 2025 Etape II Berakhir di Atambua, Bupati Belu Sambut Antusias Para Peserta

Malam di Fatuk Mutin bukanlah waktu untuk beristirahat atau menikmati kebersamaan keluarga. Bagi mereka, malam adalah simbol keterbatasan dan perjuangan. Pelita atau lampu minyak menjadi satu-satunya sumber penerangan, menemani mereka dalam kesederhanaan yang memprihatinkan.

Yustina Buak, seorang ibu rumah tangga, merasakan betul dampak ketiadaan listrik. Pekerjaan rumah tangga yang seharusnya ringan menjadi terasa berat karena minimnya penerangan. Memasak dan menjahit pun harus dilakukan dengan tergesa-gesa, sebelum malam semakin larut.

Baca Juga:  LBH Sikap Lembata: Sekjend Bawaslu R.I Lantik Ama Wahit Raya Atawatun Secara Daring

Namun, yang lebih memprihatinkan adalah nasib anak-anak sekolah. Mereka kesulitan untuk belajar di malam hari. Penerangan yang minim membuat mata mereka cepat lelah dan konsentrasi buyar. Alhasil, banyak dari mereka yang memilih untuk tidur lebih awal dan belajar di siang hari.

“Kadang anak-anak tidur lebih cepat dan belajar siang saja, karena malam gelap sekali,” ungkap Yustina dengan nada sedih.

Di tengah semangat kemerdekaan yang berkobar, harapan akan hadirnya listrik di kampung mereka semakin membuncah. Mereka berharap, dengan adanya listrik, anak-anak dapat belajar dengan lebih baik, dan para ibu dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa terburu-buru.

Baca Juga:  Wakil Bupati Belu Serahkan SK Pengangkatan PPPK Tahap II dan CPNS Lulusan IPDN Angkatan XXXII

Ketua RT 04, Florida Ikis, mengungkapkan bahwa warga telah berulang kali mengajukan permohonan penyambungan listrik kepada pihak terkait. Namun, hingga saat ini, belum ada realisasi. Selain listrik, mereka juga berharap adanya perbaikan jalan dan akses air bersih, sebagai bagian dari pemerataan pembangunan di wilayah perbatasan RI-RDTL.***(Sumber :pos kupang.com/Agus)

Editor : Haman Hendriques 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *