Augusto Goveia Leite korban pengeroyokan Haekriit Manleten Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.
Atambua, faktantt. Com – Kasus pengeroyokan yang menimpa Augusto Goveia Leite di Haekriit Manleten Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin, 23 Juni 2025 pukul 00.30 WITA, telah dilaporkan ke Kepolisian Resor (Polres) Belu dengan nomor laporan polisi LP/153/Vl/2025/SPKT/Polres Belu Polda NTT. Peristiwa ini bermula dari janji pertemuan antara Augusto dan kekasihnya, DW, yang dikomunikasikan melalui WhatsApp, namun dari kronologi kejadian, terlihat adanya indikasi perencanaan yang matang dari DW dan keluarganya.
Menurut keterangan Augusto kepada awak media di Polres Belu pada Senin, 30 Juni 2025, ia dan DW telah berpacaran selama lebih dari dua tahun. Hubungan mereka diketahui oleh orang tua DW, bahkan tetangga sekitar pun menyadari hubungan tersebut. Pertemuan di malam kejadian bukanlah yang pertama kali; Augusto sering mengunjungi rumah DW, baik untuk sekedar bertemu, pergi ke laut, atau menonton konser, dengan selalu meminta izin kepada orang tua DW terlebih dahulu. Namun, perencanaan pengeroyokan ini terindikasi dari permintaan DW agar Augusto datang tengah malam dan masuk melalui jendela, menghindari orang tua DW yang justru kemudian ikut serta dalam pengeroyokan.
Pada hari kejadian, Augusto dan DW bertukar pesan WhatsApp. Namun, terjadi kesalahpahaman. Augusto menjelaskan bahwa ia sempat kesulitan membalas pesan DW karena sedang berada di tengah acara duka. Ketika akhirnya menghubungi kembali, DW merasa kesal karena merasa diabaikan oleh Agusto. Hal ini memicu pertengkaran melalui telepon yang kemudian dimanfaatkan sebagai alasan untuk memuluskan rencana jahat.
Puncaknya, DW meminta Augusto datang ke rumahnya tengah malam. Permintaan untuk masuk melalui jendela, menghindari orang tua DW, menunjukkan adanya upaya untuk melakukan penyergapan secara diam-diam. Augusto masuk ke rumah sesuai permintaan DW, namun setelah masuk dan tak sengaja memeriksa ponsel DW, Augusto mendapatkan diponsel DW terdapat beberapa nomor kontak dan komunikasi DW dengan laki-laki lain. Hal ini kemudian membuat Agusto marah hingga terjadi cekcok.
Orang tua DW yang mendengar keributan kemudian ikut campur, dan warga sekitar pun berdatangan. Augusto dikeroyok oleh beberapa orang, termasuk ayah DW, hingga mengalami luka-luka. Ia bahkan nyaris digantung, namun berhasil diselamatkan oleh aparat setempat.
Augusto mengalami kekerasan fisik yang cukup serius selama pengeroyokan tersebut. Ia dipukul, ditendang, diseret, dan tangannya diikat. Trauma yang dialaminya terlihat jelas dari kesaksiannya. Para pelaku pengeroyokan, selain ayah DW, juga diketahui bernama Ek, Ib, Enz, dan Adm. Kehadiran orang tua DW dan warga yang cepat menunjukkan adanya indikasi bahwa mereka sudah menunggu dan siap untuk melakukan penyerangan.
Keluarga Augusto mendesak pihak kepolisian untuk segera menangkap dan memproses hukum para pelaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Mereka berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas dan keadilan dapat ditegakkan. Peristiwa ini menjadi sorotan dan menimbulkan keprihatinan terutama karena kecurigaan atas adanya perencanaan yang matang dalam aksi pengeroyokan tersebut.
Editor : Haman Hendriques